-->

Model Pembelajaran Jigsaw dan penerapannya

Model Pembelajaran Jigsaw Dan Penerapannya.

Model Pembelajaran Jigsaw dan penerapannya


      Kali ini kita akan mengupas model pembelajaran Jigsaw dan bagaimana cara menerapkannya dalam pembelajaran. Biasanya kegiatan literasi model pembelajaran dilakukan oleh puhak pihak yang sedang mencari tinjauan pustaka PTK.

Model pembelajaran jigsaw adalah salah satu model pembelajaran yang paling popular. Model pembelajaran adalah tatanan baku suatu pembelajaran yang meliputi kegiatan perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang tertuang pada langkah langkah pembelajaran yang jelas dan baku, dikembangkan oleh peneliti atau ilmuan tertentu memiliki tujuan tertentu dan didalamnya ada gambaran kondisi seting lingkungan pembelajaran. Jigsaw adalah alat perkakas geraji. jadi pembelajaran jigsaw mengibaratkan kita sedang melakukan kegiatan menggergaji maju mundur.  kata maju mundur maksudnya adalah kegiatan pembelajaran ini mengedepankan mobilitas yang tinggi, interaksi antar pelaku pembelajaran yang tinggi dan adanya ketergantungan atau saling tarik menarik. Lalu bagaimana model pembelajaran jigsaw dan penerapannya dalam pembelajaran? simak lebih lanjut.

         Model pembelajaran jigsaw dan cara penerapannya pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson seorang psikologi sosial yang bekerja di Universitas Texas. Dibantu dengan kawan kawannya beliau diminta melakukan riset di beberapa sekolah dikota Austin Texas tahun 1971 . Berdasarkan hasil pengamatan ternyata didapati sebagian besar bahkan semua sekolah yang ada di kota Austin  waktu itu, guru yang mengajar berdiri didepan kelas menyampaikan informasi pengetahuan dan memberi pelayanan terhadap berbagai pertanyaan siswa, siswa diminta berkembang secara mandiri, yang ingin berprestasi harus aktif bertanya dan belajar, siswa berlomba dalam persaingan supaya menjadi yang terdepan. 

       Pembelajaran guru yang demikian menurut Elliot akan menimbulkan kesenjangan prestasi, kesenjangan kinerja siswa dalam arti siswa akan mementingkan hasil yang didapat sendiri, tanpa ada kepedulian dengan hasil temannya. Hanya beberapa siswa yang akan menyerap materi yaitu siswa siswa yang aktif dalam pembelajaran saja. Apalagi di kota Austin sedang genjar genjarnya kampanye anti rasial, orang kulit hitam merasa tidak dipedulikan, nilai yang didapat siswa kulit hitampun pasti dibawah siswa kulit putih. Maka dari itu Elliot dan kawan kawan merancang suatu model pembelajaran yang menekankan kolaborasi antar kelompok heterogen didalamnya ada kulit hitam kulit putih, pintar dan kurang pintar , dan perbedaan jenis kelamin berada dalam satu kelompok .

Berjudul jigsaw karena saling ketergantungan yang diperlukan bagi siswa untuk menyelesaikan tugas, setiap siswa diberi tanggung jawab independen yang merupakan salah satu bagian dari teka-teki yang diperlukan untuk produk kelompok akhir. Siswa sekarang dipaksa untuk berinteraksi melintasi garis ras dan etnis. Aronson dan timnya dengan cepat mengamati penurunan ketegangan rasial dan peningkatan jumlah siswa yang berprestasi. Percobaan jigsaw ini diduplikasi di banyak sekolah di kabupaten tersebut dan hasilnya serupa. Aronson mengukur keberhasilan kelompok jigsaw melawan sekolah dan ruang kelas yang tidak beraturan dimana teknik ini tidak digunakan. Penelitian ini menegaskan bahwa teknik ini efektif dalam menangani banyak kekhawatiran di kabupaten tersebut dari waktu ke waktu dan bila dilaksanakan secara konsisten.


Setelah Elliot model pembelajaran Jigsaw dan penerapannya kemudian disempurnakan oleh Slavin seperti yang dikutip (Isjoni 2009: 80-81), yaitu:
    1.  Pembentukan kelompok 4 - 6 siswa yang heterogen 
        Kelompok ini disebut kelompok asal
   2.  Pemberian tugas pada masing masing  kelompok 
       diusahakan agar banyak tugas yang diberikan menyesuaikan dengan banyak siswa dalam                    kelompok. Jika satu kelompok 4 siswa maka berilah tugas masing masing kelompok 4 macam          tugas. Pemimpin kelompok membagi tugas kepada teman teman kelompoknya sehingga didapati masing masing siswa dalam satu kelompok memiliki tugas sendiri misalkan tugas kelompoknya ada A, B, C, D maka ada siswa yang mendapat tugas A, ada siswa yang mendapat tugas B, ada siswa yang mendapat tugas C dan ada siswa yang mendapat tugas D, demikian pula kelompok yang lain juga sama halnya.

  3. Siswa yang mendapat tugas yang sama dari kelompok kelompok asal berkumpul membentuk kelompok baru  yang dinamakan kelompok ahli, dan berdiskusi samapai seluruh anggota kelompok ahli memahami materi kelompok ahli.
   4. setelah masing masing siswa mendapat bekal dari diskusi kelompok ahli, siswa tersebut kembali kekelompok asal dan saling bergantian saling menjelaskan pengetahuan yang didapat dari diskusi kelompok ahli. 
    5. Pelaksanaan Quis, hal tersebut untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi.


Demikian artikel tentang model pembelajaran jigsaw dan penerapannya dalam pembelajaran. Semoga bermanfaat.
Anda bisa membaca artikel pembelajaran baru dan sedang menjadi buah bibir yitu pembelajaran powerful. silahkan kunjungi link ini
LihatTutupKomentar